Onenewslampung.com,Tulang Bawang—Kejadian yang menggemparkan masyarakat Tulang Bawang kembali terjadi, kali ini melibatkan seorang guru P3K berinisial NW dan seorang pegawai bank berinisial RN yang diduga berbuat mesum di dalam sebuah apotek. Penggerebekan yang dilakukan oleh warga pada malam hari, tepatnya tanggal 29 Juli 2024, telah membuat publik semakin geram, terutama karena sikap bungkam yang ditunjukkan oleh Kepala SMK Negeri 1 Penawartama, AJ.
Pria yang berprofesi sebagai guru dengan status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) ini diduga melakukan tindakan tidak senonoh bersama RN, seorang pegawai bank yang bekerja di wilayah Kecamatan Penawartama, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Warga setempat mengungkapkan kecurigaan mereka dimulai ketika NW terlihat memasuki apotek Keisha Farma di Kampung Makartitama pada pukul 23.30 WIB. Setelah diikuti dan diamati selama beberapa jam, NW tidak terlihat keluar dari apotek tersebut.
“Saya sudah curiga sejak awal. Setelah beberapa jam pria itu tidak keluar, kami langsung memanggil beberapa warga lain. Ketika kami gerebek, ternyata mereka benar-benar hanya berdua di dalam apotek itu,” ungkap seorang pemuda yang ikut dalam penggerebekan tersebut.
Kejadian ini semakin mencoreng nama baik NW yang diketahui telah beristri dan bekerja sebagai guru di SMK Negeri 1 Penawartama. Warga semakin marah ketika pihak sekolah, terutama kepala sekolah, tidak memberikan respon apa pun mengenai tindakan yang memalukan ini.
“Seharusnya pihak sekolah segera mengambil tindakan tegas. Ini sudah mencoreng nama baik lembaga pendidikan! Tapi hingga sekarang, kepala sekolah malah bungkam,” ujar salah satu warga dengan nada kesal.
Upaya konfirmasi kepada Kepala SMK Negeri 1 Penawartama, AJ, melalui pesan WhatsApp hingga saat ini tidak mendapat tanggapan. Sikap diam dari pihak sekolah ini memicu kemarahan warga dan mempertanyakan integritas lembaga pendidikan tersebut.
Di sisi lain, Waka Humas SMK Negeri 1 Penawartama, Silvi, membenarkan bahwa NW adalah guru di sekolah tersebut dengan status ASN P3K. Namun, ketika berusaha mengonfirmasi langsung kepada yang bersangkutan, NW dikatakan sudah pulang karena tidak ada lagi jam mengajar pada hari itu.
“Kebetulan NW sudah pulang karena jam mengajarnya sudah selesai,” jelas Silvi saat ditemui oleh media.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar di masyarakat: Mengapa kepala sekolah diam saja? Apakah ada sesuatu yang disembunyikan? Masyarakat berharap agar pihak berwenang segera turun tangan untuk menyelesaikan kasus ini dan mengambil tindakan tegas terhadap pelaku yang mencoreng nama baik profesi guru dan lembaga pendidikan.
Warga Tulang Bawang menuntut transparansi dan tindakan nyata dari pihak sekolah, khususnya dari Kepala SMK Negeri 1 Penawartama, AJ, yang hingga saat ini terus bungkam.
Warga Desak Tindakan Tegas, Kepala Sekolah Masih Bungkam
*Makartitama, Tulang Bawang* – Gelombang kemarahan warga semakin memuncak setelah penggerebekan yang terjadi pada 29 Juli 2024 di Apotek Keisha Farma, Kampung Makartitama. Insiden memalukan ini melibatkan seorang guru P3K dari SMK Negeri 1 Penawartama, NW, dan seorang pegawai bank berinisial RN. Hingga kini, Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Penawartama, AJ, belum memberikan tanggapan apa pun, yang membuat warga semakin geram.
Masyarakat Makartitama kini mempertanyakan integritas lembaga pendidikan yang selama ini dipercaya mendidik generasi muda. Seorang warga yang ikut dalam penggerebekan malam itu dengan tegas menyatakan, “Kami sudah melihat dengan mata kepala sendiri, mereka berdua berada di dalam apotek itu tanpa ada orang lain. Ini bukan hal yang bisa ditutupi atau diabaikan begitu saja.”
Keadaan semakin panas setelah diketahui bahwa RN, yang bekerja di sebuah bank di Kecamatan Penawartama, sering menginap di apotek tersebut. Hal ini memicu spekulasi bahwa hubungan antara NW dan RN sudah berlangsung lama dan tidak hanya terjadi satu kali.
Desakan warga agar pihak sekolah segera mengambil tindakan tegas tidak kunjung direspon oleh Kepala SMK Negeri 1 Penawartama, AJ. Sikap bungkam yang diperlihatkan AJ dianggap sebagai bentuk ketidakpedulian terhadap reputasi sekolah dan kepercayaan masyarakat.
**Kalau kepala sekolah terus bungkam, kami akan membawa masalah ini ke tingkat yang lebih tinggi. Ini soal moralitas dan tanggung jawab sebagai pendidik. Kalau kasus seperti ini dibiarkan, apa jadinya generasi muda yang mereka didik?” ujar salah satu warga dengan tegas.**
Masyarakat merasa bahwa tindakan tegas dari pihak sekolah sangat diperlukan untuk menjaga integritas institusi pendidikan. Mereka menuntut agar NW segera diberhentikan dari posisinya sebagai guru, karena tindakan tidak bermoral yang dilakukannya dianggap tidak layak bagi seorang pendidik yang seharusnya menjadi teladan.
Warga juga menilai bahwa sikap bungkam dari AJ, Kepala SMK Negeri 1 Penawartama, hanya akan memperburuk situasi. Ketidakmampuannya untuk menangani isu ini dengan cepat dan transparan dinilai mencerminkan ketidakseriusan dalam menjaga standar moral dan etika di lingkungan sekolah.
“Bagaimana mungkin seorang kepala sekolah tidak segera bertindak ketika ada kasus seperti ini? Ini bukan masalah sepele. Ini menyangkut nama baik sekolah dan masa depan siswa-siswa yang mereka didik,” lanjut warga lainnya dengan penuh emosi.
Selain itu, beberapa pihak mulai meragukan apakah ada alasan lain di balik keengganan AJ untuk merespon kasus ini. Desas-desus mulai beredar di kalangan masyarakat bahwa mungkin ada hubungan tertentu antara AJ dengan pelaku, yang membuatnya tidak berani bertindak tegas.
“Kalau memang tidak ada apa-apa, kenapa dia tidak merespon? Warga jadi bertanya-tanya, jangan-jangan ada sesuatu yang disembunyikan,” ungkap seorang tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya.
Sementara itu, di media sosial, kasus ini juga menjadi topik hangat. Banyak netizen yang menyuarakan kekecewaannya terhadap sikap pasif AJ dan mendesak agar pihak berwenang segera turun tangan. Mereka khawatir jika kasus ini dibiarkan, akan semakin banyak pelanggaran moral yang terjadi tanpa ada konsekuensi yang jelas.
Masyarakat Tulang Bawang kini menunggu langkah selanjutnya dari pihak sekolah dan berharap agar pemerintah daerah atau dinas pendidikan segera melakukan investigasi untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat diambil. Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan dan aparat yang berwenang dipertaruhkan dalam kasus ini.
“Kami ingin keadilan ditegakkan. Kalau tidak, kami tidak akan diam. Kasus ini harus jadi pelajaran bagi semua pihak, terutama yang memiliki tanggung jawab dalam mendidik generasi muda,” tutup salah satu warga dengan nada penuh harap.
Berita ini kini semakin memanas, mengangkat suara masyarakat yang marah dan kecewa terhadap ketidakadilan dan ketidakseriusan dalam penanganan kasus moral di lingkungan pendidikan.
(TIM)